Dinamisnews.com : Kuala Tungkal
Salah satu tradisi kebanyakan umat Islam di Indonesia adalah melakukan ziarah kubur ke makam-makam kerabat dan makam para wali atau ulama yang mempunyai kharismatik.
Biasanya kegiatan ziarah kubur ini dilakukan, karena ada hajat atau cita-cita yang mereka miliki. Atau karena momen-momen tertentu seperti akan masuknya bulan suci Ramadhan atau idul Fitri.
Sebagai muslim memang dianjurkan untuk melakukan ziarah kubur dengan tujuan untuk mendoakan para ahli kubur sekaligus untuk mengingat kematian.
Hanya saja,terkadang masih saja ada yang perlu mendapat perhatian,karena para penziarah kubur itu berziarah bukan mendoakan kepada yang ada dalam kubur,tapi justru memohon atau tawassul kepada yang diziarahi, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena menurut mereka wali atau kiyai yang mereka ziarahi itu punya keramat atau karomah. Kata mereka ” kami tidak memohon kepada wali atau kiyai yang kami ziarahi,tetapi kami meminta kepada Allah dengan perantaraan mereka agar Allah mengabulkan hajat kami sebagai tanda penghormatan kepada mereka.
Pertanyaannya, apakah hukum bertawasul dengan ahli kubur tersebut ?
Inilah jawabannya !
Pada dasarnya bahwa orang yang telah meninggal dunia baik yang shalih atau yang tidak shalih, mereka tidak mendengar perkataan manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا
دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ “
“Jika kamu
menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkanankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang maha Mengetahui”. [Fathir/35 : 14]
Begitu juga firmanNya Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُور
“Dan kamu
sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar”. [Fathir /35: 22]
Para Nabi,Shahabat,Tabi’in,Ulama,Wali,apalagi kiyai yang sudah wafat,sama sekali tidak bisa mengabulkan doa atau permohonan manusia, sekecil apapun.Oleh karena itu jangan pernah tawassul apapun pada arwah mereka.
*Persis Sama Dengan Orang Jahiliah*
Ketika orang-orang musyrik zaman jahiliah dahulu ditanya tentang sebab,kenapa mereka bertawasul dengan perantaraan berhala-berhala dan menyeru mereka, orang-orang musyrik itu menjawab seperti yang diabadikan Allah di dalam firman-Nya :
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya”(Az-Zumar :3).
Artinya,mereka itu adalah perantara antara kami dengan Allah agar keinginan kami tercapai.
Dari kenyataan diatas,jelaslah bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara dakwaan orang-orang jahiliah dahulu dengan klaim para mereka yang tawasul pada zaman sekarang yang mengatakan mereka menganut agama Islam,karena ujung dari persamaan mereka itu ialah menyekutukan Allah dan menyeru atau berdoa kepada selain Allah SWT.
*Tawassul Yang Benar*
Bertawasul sebenarnya memang diperintahkan oleh Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) kepada-Nya, dst…”(S.Al-Maidah : 35 ).
Namun tawassul yang benar bukan bertawasul dengan ahli kubur, tetapi dengan jalan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya,dengan melakukan segala perintah,menjauhi segala larangan, mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah dengan amal-amal shaleh dan meminta kepada Allah dengan menyebut Al-Asma Alhusna (nama-nama Allah yang baik) dan sifat-sifat-Nya yang agung.
Jadi ketika kita berdoa kepada Allah swt, tidak perlu dengan perantara orang yang sudah meninggal walau ia seorang wali atau ulama kharismatik.
Demikian semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam.
Penulis Abd.Mukti,S.Ag
Ketua Panti Aisyiyah-Muhammadiyah Kuala Tungkal.