Arie Suryanto Dalam Pernyataan nya
Dinamisnews.com : Jambi
Menyikapi Kabut asap yang kian terus melanda akibat Kebakaran Hutan dan Lahan yang terus membara dibeberapa titik yang ada di Propinsi Jambi , Arie Suryanto selaku Pemerhati Lingkungan dan Kebijakan Publik Kabupaten Tanjung Jabung Timur angkat bicara dengan Pernyataan keras yang di lontarkan kepada pihak-pihak yang di nilai paling bertanggung jawab, terkait terjadinya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Propinsi Jambi.
Menurut Arie Suryanto, Setiap hari masyarakat harus menghirup udara yang kurang segar, akibat asap, sehingga berdampak buruknya terhadap kualitas lingkungan hidup.
Oleh sebab itu saya minta kepada Gubernur Jambi, Dr. Drs. H. Fachrori Umar, M.Hum dan Menteri Lingkungan Hidup Kehutanan Republik Indonesia, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc untuk mundur dari jabatannya, karena dianggap telah gagal dalam mengelola kebijakan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah Propinsi Jambi ” tegas Arie
Belum ada satu pun pihak-pihak yang berani bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan dan lahan yang sudah berlangsung cukup lama, setidaknya ada pernyataan resmi dari kedua instansi tersebut, seharusnya pejabat-pejabat yang di nilai gagal dalam menyelesaikan suatu permasalahan berani mengambil sikap untuk mengundurkan diri, karena ini menyangkut masalah ketidak mampuan dalam memimpin suatu jabatan” jelasnya
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) kejadiannya bukan kali pertama terjadi di negeri ini, bahkan ketika memasuki musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan akan selalu menjadi ancaman serius, seharusnya ini yang perlu di antisipasi sejak dini, terutama pada titik-titik yang rawan terjadinya kebakaran ” lanjutnya
Berdasarkan data identifikasi luas lahan gambut yang ada di Provinsi Jambi secara keseluruhan mencapai 716.839 ha (termasuk tanah mineral bergambut) merupakan penyebaran ketiga terluas di Pulau Sumatera.
Penyebarannya yang relatif luas berada di wilayah empat kabupaten meliputi Tanjung Jabung Timur 266 ribu ha (37,2 %), Batanghari 258 ribu ha (35,9 %), Tanjung Jabung Barat 142 ribu ha (19,8 %) dan Sarolangun 41 ribu ha (5,8 %). Di wilayah tiga kabupaten lainnya, luas lahan gambut relatif sempit, yakni di Kabupaten Merangin hanya sekitar 3,5 ribu ha, Kerinci 3,1 ribu ha, Kota Jambi 2,1 ribu ha dan Bungo Tebo sekitar 780 ha. ” papar Arie Suryanto
Berdasarkan dari data tersebut diatas, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan Republik Indonesia sebagai leading sektor membentuk sebuah lembaga melalui Badan Restorasi Gambut (BRG), karena keberadaan lahan rawa gambut ini merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan/keanekaragaman hayati, pengendali iklim (melalui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon) dan sebagainya ” terangnya
Melihat fungsi dan peran gambut yang begitu penting bagi kelangsungan ekosistem terutama karbon yang dihasilkan mampu menekan terjadinya perubahan iklim dan mencegah terjadinya pemanasan secara global.
Melalui Badan Restorasi Gambut (BRG) selaku pengelola gambut menggelontorkan sejumlah program salah satunya adalah pembuatan Skat Kanal atau lebih di kenal dengan Blocking Canal dan Sumur Hydran. Keberadaan Badan Restorasi Gambut (BRG) di daerah tidak bekerja sendiri, ada sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak di lingkungan hidup sebagai pendamping kegiatan, sementara di Propinsi ada sebuah lembaga yaitu Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) yang SK nya di terbitkan oleh gubernur ” jelasnya
Pertanyaannya adalah, seberapa besar peranan BRG, TRGD serta lembaga pendamping lainnya, sementara kebakaran hutan dan lahan gambut terus saja terjadi, ini jelas bentuk sebuah kegagalan yang harus di evaluasi dan saya minta kepada pihak-pihak yang merasa memiliki kewenangan serta bertanggung jawab untuk mundur dari jabatannya, karena di anggap telah gagal dalam menjalankan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan di Republik ini.
Jangan pihak-pihak yang tidak memiliki kewenangan justru diberi ultimatum untuk di copot dari jabatannya, sangat aneh negeri ini ” ujar Arie Suryanto dengan nada kecewa
Sumber : Arie Suryanto